By: AIP SARIPUDIN
Kata
filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani, dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein
atau philos dan sofein atau sophi. Adapula yang mengatakan bahwa
filsafat berasal dari bahasa arab, yaitu falsafah, yang
artinya al-hikmah. Philos, artinya cinta,
sedangkan Sophia, artinya kebijaksanaan.
Beberapa definisi filsafat dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1.
Filsafat adalah proses pencari
kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara
sistematis, logis, kritis, rasional dan spekulatif. Alat yang digunakan
mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam
berfikir. Dengan demikian, kebenaran filosofi adalah kebenaran berfikir yang
rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal
2.
Filsafat adalah pengetahuan tentang
cara berfikir terhadap segala sesuatu atau sarwa sekalian alam. Artinya, materi
pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut keseluruhan yang
bersifat universal. Dengan demikian, pencarian kebenaran filosofis tidak pernah
berujung dengan kepuasan dan tdak mengenal pemutlakan kebenaran. Bahkan, untuk
suatu yang “sudah” dianggap benar pun, kebenarannya masih diragukan. Dikatakan
tidak mengenal kata puas karena kebenaran akan mengikuti situasi dan kondisi
dan alam pikiran manusia yang haus dengan pengetahuan
3.
Filsafat adalah pencarian kebenaran
dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan secara teratur mengikuti
sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti.
Berfikir sistematis senantiasa mengikuti aturan logika yang benar normatif,
artinya cara berfikir yang mengikuti premis-premis tertentu, misalnya menarik
kesimpulan dari pemikiran umum kea rah pemikiran khusus atau sebaliknya dari
pemikiran khusus menuju pemikiran umum. Keduanya lebih dikenal dengan logika
deduktif dan induktif. Sistematika berfikir normatif
disusun dengan struktur dan retorika yang sinergis sehingga berfilsafat bukan
menambah kebingungan orang lain yang diajak berkomunikasi tetapi menjadikannya
lebih komunikatif dan efektif.
Filsafat
mempertanyakan setiap eksistensi sehingga melahirkan pendekatan epistemologis. Episteme
artinya knowledge, yaitu pengetahuan, logos berarti theori. Dengan demikian,
epistemologi berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara dan
dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran,
dan batasan ilmu manusia. Epistemologi adalah cabang filsafat yang meneliti
asal, struktur, metode-netode, dan kesahihan pengetahuan. Puncak pengkajian
epistemologi adalah kebenaran yang membawa kita ke pintu metafisika.
Filsafat Ilmu Khusus Dalam PAUD
Dalam
PAUD tentu adanya campur tangan Filsafat, karena didalam PAUD terdapat satu
kehidupan dan yang Hidup, Yang Eksistensinya harus dicermati dan dilakukan
penelitian, mencari tahu asal muasal, pertumbuhan dan perkembangannya. sejalan
Ada
juga yang mengatakan bahwa metode filsafat adalah: ontology, epistemology, dan
aksiologi, selain itu ada juga metode lain yang diterapkan oleh filsuf antara
lain, Plato, membahas filsafat dengan metode dialektik, yaitu metode dialogis.
Aristoteles menerapkan metode silogisme atau logika. Dan masih banyak lagi
metode yang diterapkan oleh para filsuf dalam membahas filsafat. Tak terkecuali
dengan para filsuf atau para pakar anak usia dini mereka akan memaparkan
bagaimana hakikat anak usia dini. Berikut penulis paparkan pendapat pakar atau
ahli anak usia dini:
1.
Johann Heinrich Pestalozzi
Pandangannya tentang tujuan pendidikan ialah memimpin anak
menjadi orang yang baik dengan jalan mengembangkan semua daya yang dimiliki
oleh anak. Ia memandang bahwa segala usaha yang dilakukan oleh orang dewasa
harus disesuaikan dengan perkembangan anak menurut kodratnya, sebab pendidikan
pada hakekatnya adalah suatu usaha pemberian pertolongan agar anak dapat
menolong dirinya sendiri di kemudian hari. Pandangan Pestalozzi tentang anak
dapat disimpulkan bahwa anak harus aktif dalam menolong atau mendidik dirinya
sendiri. Selain itu perkembangan anak berlangsung secara teratur, maju setahap
demi setahap, implikasi atau pengaruhnya adalah bahwa pembelajaran pun harus
maju teratur selangkah demi selangkah.
Selain
itu Pestalozzi memandang bahwa keluarga merupakan cikal bakal pendidikan yang
pertama, sehingga baginya seorang ibu memiliki tanggung jawab yang cukup besar
dalam memberikan dasar-dasar pendidikan yang pertama bagi anak-anaknya. Dari
pandangannya tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan terutama
lingkungan keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian
seorang anak pada awal kehidupannya. Kasih sayang yang didapatkan anak dalam
lingkungan keluarganya akan membantu mengembangkan potensinya. Dalam pandangan
Pestalozzi kecintaan yang diberikan ibu kepada anaknya akan memberikan pengaruh
terhadap keluarga, serta menimbulkan rasa terima kasih dalam diri anak. Pada
akhirnya, rasa terima kasih tersebut akan menimbulkan kepercayaan anak terhadap
Tuhan. Dari uraian di atas, nampak bahwa Pestalozzi menghendaki bentuk
pendidikan yang harmonis yang seimbang antara jasmani, rohani, sosial dan agama
2.
Maria
Montessori
Maria
Montessori hidup sekitar tahun 1870-1952. Ia adalah seorang dokter dan ahli
tentang manusia yang berasal Italia. Pemikiran-pemikiran serta metode yang
dikembangkannya masih populer di seluruh dunia. Pandangan Montessori tentang
anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ahli yang lain yaitu Rousseau dan
Pestalozzi yang menekankan pada pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan
penuh kasih agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.
Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/ TK sebagai suatu proses
yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri
yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarahan
diri.
Menurut
Montessori, persepsi anak tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan.
Untuk itu ia merancang sejumlah materi yang memungkinkan indera seorang anak
dikembangkan. Dengan menggunakan materi untuk mengoreksi diri, anak menjadi
sadar terhadap berbagai macam rangsangan yang kemudian disusun dalam
pikirannya. Montessori mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan anak
untuk mengeksplorasi lingkungan. Pendidikan Montessori juga mencakup pendidikan
jasmani, berkebun dan belajar tentang alam.
Montessori
beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya untuk membantu perkembangan
anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Spirit atau nilai-nilai
dasar kemanusiaan itu berkembang melalui interaksi antara anak dengan
lingkungannya. Montessori meyakini bahwa ketika dilahirkan, anak secara bawaan
sudah memiliki pola perkembangan psikis atau jiwa. Pola ini tidak dapat
teramati sejak lahir. Tetapi sejalan dengan proses perkembangan yang dilaluinya
maka akan dapat teramati. Anak memiliki motif atau dorongan yang kuat ke arah
pembentukan jiwanya sendiri (self construction) sehingga secara spontan akan
berusaha untuk membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungannya.
Montessori
menyatakan bahwa dalam perkembangan anak terdapat masa peka, suatu masa yang
ditandai dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu objek atau karakteristik
tertentu serta cenderung mengabaikan objek yang lainnya. Pada masa tersebut
anak memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan meminta kepuasan.
Masa peka ini tidak bisa dipastikan kapan timbulnya pada diri seorang
anak, karena bersifat spontan dan tanpa paksaan. Setiap anak memiliki masa peka
yang berbeda. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa jika masa
pekatersebut tidak dipergunakan secara optimal maka tidak
akan ada lagi kesempatan bagi anak untuk mendapatkan masa pekanya kembali.
Tetapi meskipun demikian, guru dapat memprediksi atau memperkirakan timbulnya
masa peka pada seorang anak dengan melihat minat anak pada saat itu.
3.
Friendrich
Wilheim August Froebel
Froebel
memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang
buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh
anak tersebut. Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang
sebagai suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan
hilang jika tidak dibina dan dikembangkan. Tahun-tahun pertama dalam kehidupan
seorang anak amatlah berharga serta akan menentukan kehidupannya di masa yang
akan datang. Oleh karenaitu masa anak merupakan masa emas (The Golden Age) bagi
penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase/tahap yang sangat
fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase/tahap inilahterjadinya
peluang yang cukup besar untuk pembentukan dan pengembangan
pribadi seseorang.
Pendidikan
keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya, sangatlah
penting, karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa kecilnya akan
menentukan kehidupannya di masa depan. Froebel memandang pendidikan dapat
membantu perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai simbol
dari pendidikan anak. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, maka
seperti halnya tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti hukumnya
sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus mengikuti sifat dan karakteristik
anak. Oleh sebab itu bermain dipandang sebagai metode yang tepat untuk
membelajarkan anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan orang
dewasa di sekelilingnya secara wajar. Froebel memiliki keyakinan tentang
pentingnya belajar melalui bermain.
4.
Jean Jacques
Rousseau
Rousseau
menyarankan konsep “kembali ke alam” dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam
pendidikan anak. Bagi Rousseau pendekatan alamiah berarti anak akan berkembang
secara optimal, tanpa hambatan. Menurutnya pula bahwa pendidikan yang bersifat
alamiah menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan,
spontanitas dan rasa ingin tahu. Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah
melakukan kontrol terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan
melalui indera, tetapi kita tetap tidak dapat mengontrol pertumbuhan yang
sifatnya alami.
Untuk
mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan
anak-anak. Tujuannnya adalah agar guru dapat memberikan pelajaran yang sesuai
dengan minat anak. Jadi yang menjadi titik pangkal adalah anak. Tujuan
pendidikan menurut gagasan Rousseau adalah membentuk anak menjadi manusia yang
bebas. Rousseau memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin pendidikan
anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam mendidik
anak, orang tua perlu memberi kebebasan pada anak agar mereka dapat berkembang
secara alamiah
5.
Jean Piaget
Jean
Piaget bersama dengan Lev Vigotsky adalah dua orang ahli psikologi yang pertama
kali mencetuskan teori kontruktivisme . Pada dasarnya paham konstruktivis ini
mempunyai asumsi bahwa anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak
mengkonstruksi/membangun pengetahuannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan
tersebut diperoleh anak dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui
interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. Menurut paham ini anak bukanlah
individu yang bersifat pasif, yang hanya menerima pengetahuannya dari orang
lain. Anak adalah makhluk belajar yang aktif yang dapat mengkreasi/mencipta dan
membangun pengetahuannya sendiri.
Para
ahli konstruktif meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia
di sekeliling mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan
teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka
sendiri terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka
dengan mensintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa yang telah mereka
pahami sebelumnya.
Contoh
berikut ini akan membantu Anda untuk memahami pandangan ini. Seorang anak TK
yang keluarganya memiliki seekor anjing berjalan-jalan dengan mengendarai mobil
bersama keluarganya. Mereka melintasi seekor sapi di suatu lapangan. Anak itu
menunjuk dan mengatakan “anjing”. Orang tuanya memberitahukan anak tersebut
bahwa binatang tersebut bukanlah seekor anjing melainkan
sapi dan bahwa sapi berbeda dengan anjing.
Informasi
yang baru tersebut akan dicerna dengan apa yang telah diketahui dan penyesuaian
mental akan terbentuk. Meskipun anak harus membangun sendiri pemahaman,
pengetahuan, dan pembelajaran mereka, peran orang dewasa sebagai fasilitator
dan mediator sangatlah penting.
Berdasarkan
asumsi tadi nampak bahwa pendekatan ini menekankan pada pentingnya keterlibatan
anak dalam proses pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan
bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang
partisipasi aktif dari anak.
Piaget
dan Vigotsky sama-sama menekankan pada pentingnya aktivitas bermain sebagai
sarana untuk pendidikan anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan
kapasitas berfikir. Lebih jauh mereka berpendapat bahwa aktivitas bermain juga
dapat menjadi akar bagi perkembangan perilaku moral. Hal itu terjadi ketika
dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut mereka untuk berempati serta
memenuhi aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Interaksi
yang dilakukan anak dengan lingkungan sekitarnya, baik itu orang dewasa maupun
anak-anak yang lainnya dapat memberikan bekal yang cukup berharga bagi anak,
karena dapat membantu mengembangkan kemampuan berbahasa, berkomunikasi serta
bersosialisasi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah melalui interaksi
tersebut anak akan belajar memahami perasaan orang, menghargai pendapat mereka,
sehingga secara tidak langsung anak juga berlatih mengekspresikan/menunjukkan
emosinya.
6.
Ki Hadjar
Dewantara
Nama
aslinya adalah Suwardi Suryaningrat lahir pada tanggal 2 Mei 1899. Ki Hadjar
memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta
kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Akan tetapi
kemerdekaan itu juga sangat relatif karena dibatasi oleh hak-hak yang patut
dimiliki oleh orang lain.
Anak
memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, sehingga anak patut
diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri
atau dipaksa. Pamong hanya boleh memberikan bantuan apabila anak menghadapi
hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Hal tersebut merupakan
cerminan dari semboyan “tut wuri handayani”.
Ki Hadjar juga berpandangan bahwa pengajaran harus memberi
pengetahuan yang berfaedah lahir dan batin, serta dapat memerdekakan diri.
Kemerdekaan itu hendaknya diterapkan pada cara berfikir anak yaitu agar anak
tidak selalu diperintahkan atau dicekoki dengan buah pikiran orang lain saja
tetapi mereka harus dibiasakan untuk mencari serta menemukan sendiri berbagai
nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya
sendiri.
Uraian
di atas memperlihatkan bahwa Ki Hadjar memandang anak sebagai individu yang
memiliki potensi untuk berkembang, sehingga pemberian kesempatan yang luas bagi
anak untuk mencari dan menemukan pengetahuan, secara tidak langsung akan
memberikan peluang agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara
optimal. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa anak lahir dengan kodrat atau
pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang ada pada anak ini tiada lain
adalah segala kekuatan dalam kehidupan batin dan lahir anak yang ada karena
kekuasaan kodrat (karena faktor pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan
secara ajali).
Kodrat
anak bisa baik dan bisa pula sebaliknya. Kodrat itulah yang akan memberikan
dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pemahaman seperti di atas,
Dewantara memandang bahwa pendidikan itu sifatnya hanya menuntun
bertumbuhkembangnya kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak. Pendidikan
sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan anak, kecuali memberikan tuntunan
agar kodrat-kodrat bawaan anak itu bertumbuhkembang ke arah yang lebih baik.
Pendidikan
berfungsi menuntun anak yang berpembawaan tidak baik menjadi lebih berkualitas
lagi disamping untuk mencegahnya dari segala macam pengaruh jahat. Dengan
demikian, tujuan pendidikan itu adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada
pada anak agar ia sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaaan yang setinggi-tingginya dalam hidupnya.”
Demikian
beberapa pendapat para ahli yang telah mengungkapkan pendapatnya mengenai
hakekat anak. Semoga kita selaku mahasiswa dan pendidik anak usia dini setelah
membaca pendapat para ahli dapat memahami bagaimana sebaiknya memperlakukan
anak usia dini, sebesar apa perhatian yang harus kita curahkan kepada mereka.
Dan bagaimana cara membelajarkan mereka, agar mereka dapat tumbuh kembang
sesuai usinya, dan mereka dapat menikmati dunia mereka yaitu dunia anak.
Wallohu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar