Laman

Minggu, 20 Februari 2011

Kisah

Pagi itu Suasana perkampungan mulai teras, keadaan gerimis tidak menghalangi lalu lalang orang yang hendak ke ladang, sawah serta para buruh tani seolah-olah mengawali kesibuka mereka pada hari itu. Jalan berkelok yang dibasahi lumpur tanah merah serta berkerikil tajam yang setiap langkah hampir menusuk telapk kaki para pejalan yang hendak melewatinya. Anak-anak berseragam dengan menjinjing keresek yang berisi sepatu “dekil” menghiasi jalanan yang berlumpur itu. Mereka beralaskan sandal jepit kebanggaan mereka untuk sekedar pengganti saat musim hujan tiba.
Hari berangsur cerah, suasana perkampungan mulai sepi. Ibu-ibu terlihat ngobrol asik sambil menggendong bayi yang sesekali merengek meminta jajan. Keasikan ibu-ibu terhenti seketika disaat terdengar teriakan seorang ibu yang menghardik dengan kerasnya…
Hiks…hiks…
suara tangisan yang seolah menahan nyeri pada sekujur tubuhnya terdengar di sela-sela sunyinya perkampungan….
Beberapa ibu berceloteh…
“ada apa….”?
“ada apa……”?
Seketika terdengar larian anak berseragam begitu gesitnya, disertai dengan suara lemparan bilahan bambu yang mengenai dinding tembok pelataran..
Duar…rek….
Tapi entah seolah semuanya tak heran dengan kejadian tadi, mereka tak menemukan jawaban apa pu dari kejadian itu.

Pagi itu jam 10.00 anak-anak kelas 2 muali masuk kelas siang, tapi anton belum juga muncul di ruangan kelas.
“Kemana si anton”!! sahut pak sopyan dengan nada tinggi
“Gak tau” celoteh anak-anak polos
“ kumpulkan PR nya…” pinta pa guru
PeeR anak-anak mulai dikumpulkan, kemudian diperiksa. Satu persatu.
”ini salah”!! Sahutnya bernada tingg
Buuukkk....prak....... terdengar suara buku di lempar ke atas meja
Tapi anak-anak seolah tak menggubris teriakan guru itu....bahkan sebagian lagi asik mengomeli teman ceweknya.
Tok...tok..tok...
Suara pintu terdengar ada yang membuka....
Kreket..........kreket........
“Pa, anton kesiangan pa...”
Ledek teman-temannya.
Kenapa kamu?!
Kamu habis nangis?!!
masuk!!
Mana Peernya?
Anton masih gak ngerti peer apa yang mesti dikumpulkan
Anton mulai inget pelajaran pertama matematika, berarti pelajran itu peernya.tapi anton masih merasakan rasa sakit di dadanya akibat tangisan yang tertunda.
Anton mulai ngeluarin tas dekil dan basahnya....
Slerekk...
tas anton mulai di buka
ini pak....kata anton lirih
knpa bukunya basah....?
keujanan pa?
Kan gk hujan”
Boong kamu..sahut pak guru berag
Anton duduk dengan sedih, tapi akhirnya pelajaran itu terlalui dengan lancar.
Klenteng...klenteng...klenteng
Pukulan sebuah batu hitam mengenai sekeping besi menandakan waktu istirahat tiba.
Hore horeeeee
sahut anak-anak kegirangan. Mereka semuanya berhamburan keluar rungan menyerbu pedagang yang menjajakan makanan alakadarnya di belakang sekolah.
Anton keluar dengan tidak semangat dan berjalan menuju ruangan kantor
Boleh minjem bukunya bu?
Boleh....sahut bu guru dengan senag
Anon kenapa gak jajan? Sahut guru yang lain
Enggak bu.....anton mau baca saja” sahut anton sedih
Anton memilih satu buku yang ia senengin
”Ini si kuncung” sahut anton agak bahagia
Si kuncunglah yang selalu menemani anton dikala istirahat tiba.
Anton kelaur kantor lalu duduk di teras depan yang ditinggikan untuk sekedar duduk para guru seusai ngajar. Anton mengarah ke arah timur memandang lapangan sepak bola yang tidak terawat sama sekali. Terlihat petani beserta dua ekor kerbau yang sedang makan di tepian lapangan itu. Sambil melamun anton memandang ketiga ekor kerbau itu, mereka makan dengan lahapnya.
”Coba saya bisa kayak kerbau” dalam hati anton. Tapi tak lama kemudian anton mulai buka buku kesayangannya, si kuncung.
anton jarang sekali menamatkan cerita dalam buku kesayangannya itu. Anton lebih sering menghayal tentang gambar-gambar yang ada di dalam buku itu. Hanya beberapa bait anton dapat menyelesaikan bacaan itu. Selebihnya pasti semangat untuk sekedar melihat gambar-gambar yang penuh imajinasi dan hayalan seusianya.
”coba saya kayak rizal” sahut anton.
Antón, lagi apa? Sahut teman-temanya mendekat.
Lagi baca nih…jawab Antón agak serak.
Antón merasakan keharuman gorengan campur saus hasil racikan mak oyoh yang dibawa teman-temannya. Tenggorokan Antón mulai gerak dan sedikit berliur.
Krelek…..krelek…krelek.....
Bunyi perut yang meminta makanan lezat itu. Tapi anton tetap anton yang sabar dan setia pada nasibnya.
Klenteng...klenteng...
Tanda masuk kelas tiba.
Antón mulai berdiri dan mengembalikan buku kesayangannya keruangan perpustakaan. Lalu duduk dan mulai membuka buku IPA.
Pelajaran apa ton? Kata andi cengeng
Andi teman sebangkunya anton yang masih keponakan jauh bapaknya. Tapi agak telat dan bahkan segala peernya terkadang selalu di bantu sama anton.
IPA” sahut anton tinggi
Buka bukunya’. Pak guru mengawali pelajaran
Anton coba kedepan” baca bait pertama
Ya pak...
Haha..haha…hahah…
“Diam”!
“Ada apa”? pak guru berdiri
Celana nton bolong pa? Sahut anak-anak ngeledek.
Tapi Antón tidak menggubris ledekan teman-temannya. Anton maju kedepan sambil menutup celananya yang bolong dengan buku IPA pemberian saudaranya.
Udah..gak apa-apa anton
Lanjutkan aja