Laman

Senin, 20 Desember 2021

INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP EVALUASI

 Abstrak 

Inovasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan, atau tindakantindakan tertentu dalam bidang pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi dalam dunia pendidikan biasanya muncul dari adanya keresahan-keresahan pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Selain atas dasar tersebut, inovasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting karena bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan efektifitas dan efisiensi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran merupakan salah satu aspek inti dalam pendidikan, pembelajaran didalamnya mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran yang baik dapat diketahui tatkala evaluasi telah dilakukan, adapun evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam Pembelajaran di PAUD, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting untuk mengukur dan menilai sejauh mana keberhasilan pendidikan itu dilaksanakan. 

A. Pendahuluan 

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk sebuah peradaban bangsa. Pendidikan akan melahirkan perubahan dan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, faktor yang mempunyai peranan yang sangat penting yaitu guru. Sehubungan dengan hal tersebut profesionalisme guru kini semakin menyeruak ke ruang publik seiring dengan meningkatnya tuntutan akan mutu pendidikan. Guru akhirnya menjadi sorotan karena merekalah yang menjadi patokan terdepan yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini, guru dituntut untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan dan melahirkan hal-hal baru. Guru yang mampu berinovasi berarti menandakan guru tersebut bisa mengemangkan ideide kreatif yang mreka miliki. Kemampuan utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah dalam strategi pembelajaran. Artinya seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran yang akan diajarkannya, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahaun tersebut pada peserta didik. Sehingga tidak berlebihan ketika ada pakar pendidikan mengatakan : ”metode lebih penting daripada materi, dan guru lebih penting daripada metode dan materi”. Ada pula yang mengatakan “bahwa maju mundurnya sebuah institusi pendidikan itu ditentukan oleh pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas”. Mengingat kondisi para pendidik dan calon pendidik yang demikian, maka usaha untuk mendalami serta mengaplikasikan pembelajaran inovatif menjadi salah satu alternatif. Pembelajaran inovatif berimplikasi dapat meningkatkan gairah mengajar bagi guru itu sendiri dan gairah belajar bagi peserta didik. 6 Perubahan paradigma ini dapat diartikan sebagai perubahan pola pikir terhadap proses pembelajaran. Menurut Ida Putu Arnyana, perubahan paradigma terjadi diantara lain : Dari peran guru sebagai pentransfer ke fasilitator, pembimbing dan konsultan, Dari peran guru sebagai sumber belajar menjadi kawan belajar. Dari belajar dijadwal ketat menjadi terbuka fleksibel sesuai keperluan. Dari belajar berdasarkan fakta menuju berbasis masalah dan proyak. Dari belajar berbasis teori menuju dunia tindakan nyata serta refleksi Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik dan dapat dikatakan sebagai metode yang aktif dan konstruktivistik (Aryana, 2009). Namun lebih baik apabila menggunakan beberapa metode atau kombinasi metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi, peserta didik dan sarana yang tersedia. 

B. Konsep Inovasi dalam Pembelajaran dan Pendidikan 

Menurut kamus bahasa Indonesia (2015) kata “inovasi” mengangdung arti pengenalan hal-hal yang baru atau pembaharuan”. Inovasi juga berarti penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Jadi pembelajaran inovatif dapat diartikan sebuah pembelajaran yang menggunakan strategi/metode baru yang dihasilkan dari penemuannya sendiri atau menerapkan metode baru yang ditemukan oleh para pakar dan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. 7 Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. “Learning is fun” merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membangun pengetahuan itu sendiri atau secara mandiri. Dalam mewujudkan pembelajaran inovasi diperlukan adanya model pembelajaran, media pembelajaran, dan yang paling utama yaitu strategi pembelajaran. A. Konsep Pembelajaran Inovatif Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagidiri sendiri, sesama, dana lam semesta, beserta segenap isi dn peradapannya (Nurdyansyah & Widodo, 2015). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan, bahwa pendididkan merupakan usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Musfiqon & Nurdyansyah. N, 2015). Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi, kreatif terampil, memahami berbagai budaya, mampu belajar sepanjang hayat (Aryan, 2006). Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan 8 dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru (N & Fahyuni, 2016). Di zaman ini, individu dituntut bisa berinovasi untuk mengembangkan ideide kreatif dan menghasilkan karya baru. Dalam kamus bahasa Indonesia kata “inovasi” adalah pengenalan hal-hal yang baru atau pembaharuan. Sedangkan menurut UU No.18 tahun 2002 inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan peraktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.6 Jadi inovasi adalah usaha menuju pembaharuan yang lebih baik. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membangun pengetahuan itu sendiri atau secara mandiri. Dalam mewujudkan pembelajaran inovasi diperlukan adanya model pembelajaran, media pembelajaran, dan yang paling utama yaitu strategi pembelajaran. Menurut Prawiradilaga ada beberapa aspek yang mempengaruhi inovasi, yaitu kebaruan, temuan ulang, kekhasan, manfaat relatif, sesuai, rumit, dapat dicoba dan dapat diamati. Inovasi juga merupakan penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau diketahui sebelumnya terkait dengan suatu ide, metode, ataupun produk (Nurdyansyah & Widodo, 2015). Dalam proses belajar mengajar, kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran merupakan bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan pendidik dan peserta didik. Pembelajaran inovatif didesain oleh guru atau instruktur merupakan metode yang baru agar mampu memfasilitasi peserta didik mendapat kemajuan dalam setiap proses dan hasil belajardenga tujuan mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dengan menyeimbngkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Pembelajaran inovovatif 9 ini dapat dilihat dari peserta didik kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektifitas melalui tutur lisan dan tulisan. 

C. Konsep Evaluasi pembelajaran PAUD 

Menurut Ifat Fatimah Zahro evaluasi pada anak usia dini pada hakikatnya dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan belajar anak secara akurat, sehingga dapat diberikan layanan yang tepat (Zahro, 2015). Evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan model evaluasi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Evaluasi pada anak usia dini menurut Iswantiningtyas dan Wulansari dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan, pencatatan dan dokumentasi tentang kegiatan anak. Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program, akan tetapi untuk memantau kemajuan dan perkembangan anak. Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga kemajuan belajar dan perkembangannya dapat diketahui. Evaluasi pembelajaran anak usia dini mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik untuk menilai keterlaksanaan rencana pembelajaran. Evaluasi hasil pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik dengan membandingkan antara rencana dan hasil pembelajaran. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar pertimbangan tindak lanjut pelaksanaan pengembangan selanjutnya (Permendikbud No 137 Tahun 2014). Lingkup penilaian mencakup pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkup penilaian pertumbuhan meliputi ukuran fisik yang diukur dengan satuan panjang dan berat, misalnya berat tubuh, tinggi badan/panjang badan, dan lingkar kepala. Sementara itu, penilaian perkembangan mencakup berbagai informasi yang berhubungan dengan bertambahnya fungsi psikis anak, 10 yaitu nilai moral dan agama, perkembangan fisik motorik (gerakan motorik kasar dan halus, serta kesehatan fisik), sosial emosional, komunikasi (berbicara dan bahasa), kognitif (pengetahuan), dan seni (kreativitas). Enam program pengembangan yang menjadi area penilaian mengarah pada tercapainya Kompetensi Inti yang menjadi Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak. Silahkan para pembaca mengingat kembali empat kompetensi inti yang merupakan penjabaran dari kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. 

D. Inovasi pembelajaran di PAUD 

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan pra sekolah, tentunya memiliki sistem pembelajaran yang berbeda dengan jenjang pendidikan di atasnya. Anak usia dini dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, tidak heran pada usia ini dijuluki sebagai usia emas. Karena itulah anak usia dini harus mendapatkan pelayanan khusus yakni stimulasi secara langsung. Mewabahnya Covid 19 ini telah menyulitkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Betapa tidak pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara langsung dimana ada interaksi antara guru dan peserta didik dengan melibatkan semua aspek perkembangan harus berubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini tentunya akan berpengaruhi proses tumbuh kembang anak yang biasa dilakukan secara tatap muka. Anak usia dini merupakan puncak keemasan dalam perkembangan. Karenanya pada usia ini anak memerlukan sentuhan kehangatan dan komunikasi yang intens baik verbal maupun non verbal. Selain itu anak usia dini memerlukan motivasi melalui permainanpermainan yang hanya bisa dilakukan secara tatap muka. Akibatnya proses tumbuh kembang anak yang menjadi program PAUD 11 tidak optimal dilakukan, padahal peran Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan potensi awal anak, untuk memenuhi tumbuh kembang anak agar memiliki kesiapan saat mengikuti pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14 dijelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu strategi pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam membantu tumbuh kembang baik maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya. Begitu pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini sebagai pondasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka guru harus bisa membuat menyajikan yang kreatif dan inovatif, agar tujuan Pendidikan Anak Usia Dini tetap dapat tercapai walaupun di tengah pandemi covid 19. Inovasi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan, atau tindakantindakan tertentu dalam bidang pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi dalam dunia pendidikan biasanya muncul dari adanya keresahan-keresahan pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Selain atas dasar tersebut, inovasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting karena bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan efektifitas dan efisiensi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran Daring via Whatsapp Group Aplikasi Whatsapp merupakan aplikasi social media yang cukup familiar di semu kalangan masyarakat. WhatsApp mempunyai banyak manfaat di masa pandemi ini terutama untuk pembelajaan daring. Aplikasi WhatsApp memiliki banyak fitur di antaranya adalah bisa mengirim pesan, voice note, berbagi foto, video, dan dokumen, terdapat groupy ang bisa menampung lebih dari 12 100 anggota grup. Karena cukup lengkap dan familiarnya aplikasi ini, maka Whatsapp menjadi salah satu media popoler dalam pembelajaran daring di semua jenjang pendidikan. Dalam hal ini Whatsapp group digunakan sebagai sarana komunikasi guru dan wali murid, guru mengshare kegitan dan materi pembelajaran berupa foto maupun voice note. Setelah anak-anak melakukan kegiatan dirumah dengan pendampingan orang tua, maka orang tua melaporkannya di media Whattapp group ini juga. Pemanfaatan Whatsapp group ini selaras dengan penelitian Media Setyana Hutami, dkk (2020, pp. 126-130). Dalam penelitian ini disampaikan bahwa media Whatsapp group digunakan sebagai strategi guru di taman kanak-kanak dalam memelihara antusiasme peserta didik agar tetap semangat melakukan pembelajaran daring di Era COVID-19. Awalnya guru memberikan materi kepada para siswanya yang ada di group tersebut, kemudian guru memberikan intruksi untuk mengerjakan soal mengenai materi tersebut. Setelah materi itu dikerjakan, orangtua kembali melaporkan kerjaan anaknya melalui whatsapp group tersebut. Dalam melaporkan tugas harus disertai dengan nama supaya guru bisa dengan mudah memberikan penilaian kepada siswa yang berpartisipas dalam group tersebut. Pembelajaran Daring via Google Classroom Google Classroom adalah layanan gratis yang dikembangkan Google untuk sekolah yang ditujukan untuk menyederhanakan mendistribusikan, dan menilai tugas dengan cara tanpa kertas (Sinuhaji, 2020). Google Classroom atau google kelas dapat dikatakan aplikasi yang dikembangkan secara gratis. Aplikasi ini membantu guru dan peserta didik untuk berinteraksi secara daring. Dalam aplikasi ini guru bisa mengirimkan tugas, file berupa dokumen, video, foto maupun audio kepada peserta didik yang terdaftar dalam google kelasnya. Google kelas sudah sering digunakan oleh dosen dan guru pendidikan atas dalam 13 pembelajaran sebelum pandemi covid 19. Google kelas masih jarang digunakan oleh lembaga PAUD dalam proses pembelajarannya. Aplikasi google kelas ini dipilih Karena semua file yang di upload disana tidak memenuhi memori ponsel Karena secara otomatis akan tersimpan di google drive. Selain itu guru juga dibekali pelatihan tentang pemanfaatn aplikasi kinemaster untuk mengedit video yang telah dibuat oleh guru, agar video yang disampaikan kepada peserta didik lebih menarik dan mudah diterima anak. Kendala utama dalam penggunaan inovasi dengan menggunakan teknologi informasi adalah keterbatasan guru terhadap penggunaan teknologi (literasi TIK masih rendah), kesulitan guru dalam memahami aplikasi ini kepada orang tua, jaringan internet yang tidak stabil, serta keterbatasan orang tua yang memiliki ponsel pintar dan paket data internet yang memadai. Home Visit Home visit merupakan salah satu metode pembelajaran dimana guru mengunjungi siswa di rumah masing-masing. Kegiatan home visit ini sudah sering dilakukan oleh guru terutama di kelas bawah yakni PAUD dan SD. Kegiatan home visit ini biasanya di lakukan kepada anak-anak yang butuh perhatian, sakit dan lain sebagainya. Di masa pandemi covid 19 ini pembelajaran harus memenuhi syarat physical distancing dan menghindari kerumunan, oleh Karena itu metode home visit sebagai salah satu alternative metode pembelajaran di masa pandemi ini, termasuk di PAUD Inklusi Saymara. Home visit sebagai sarana untuk memonitoring perkembangan anak selama belajar dari rumah. Kegiatan home visit yang dilakukan sudah atas persetujuan orang tua dimana sekolah membuat form kesediaan untuk mengikuti kegiatan home visit. Adapun teknik pelaksanaan kegiatan home visit adalah dengan penjadwalan yakni 1 hari guru melakukan home visit kepada 1 anak, hal ini dilakukan agar proses pembelajaran selama di rumah bisa berjalan dengan maksimal. Sebelum 14 kegiatan home visit dimulai, guru menyampaikan jadwal home visit kepada orang tua wali murid melalui media groupWhatsapp, kemudian orang tua merespon jadwal tersebut dan diperbolehkan untuk menukar jadwal apabila tidak bisa. Proses Home visit ini menjadi penting dikarenakan salah satu cara agar aspek perkembangan anak bisa terus dimonitor sehingga aktivitas belajar anak selama di rumah berhasil terlaksana dengan baik. Evaluasi Perkembangan Anak via Google Form Penilaian merupakan proses pengukuran terhadap hasil dari kegiatan belajar anak (Suminah, 2018). Penilaian kegiatan belajar di PAUD menggunakan pendekatan penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan penilaian proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Selama pandemi covid 19 guru tidak bisa bertemu secara tatap muka dengan anak didik karena anak belajar dari rumah. 

 E. Implikasi Inovasi Pembelajaran terhadap Evaluasi 

Kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah: (i). Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. (ii). Terbukanya kemungkinan untuk diketahui relevansinya antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai. (iii). Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannnya usaha perbaikan, penyesuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaikbaiknya (Sudijono, 2008). Berbagai pihak seperti guru, siswa, sekolah, masyarakat dan pemerintah memperoleh manfaat dari 15 kegiatan evalauasi pendidikan. Evaluasi memiliki berbagai macam kegunaan, diantaranya kegunaan bagi evaluator untuk mengetahui hasil yang telah dicapai, untuk mengetahui relevansi antara program yang telah dirumuskan dengan tujuan yang hendak dicapai, terbukanya untuk dilakukan perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program. Beberapa pihak seperti guru, siswa, sekolah, masyarakat, dan pemerintah pun memperoleh manfaat atas kegiatan evaluasi. Pembelajaran merupakan salah satu aspek inti dalam pendidikan, pembelajaran didalamnya mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran yang baik dapat diketahui tatkala evaluasi telah dilakukan, adapun evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam Pembelajaran di PAUD, evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting untuk mengukur dan menilai sejauh mana keberhasilan pendidikan itu dilaksanakan. Untuk menjamin pengembangan mutu penyelenggaraan pendidikan, perlu diadakan evaluasi yang bersifat sistemik mencakup : Pertama, aspek input meliputi standar isi, standar pendidik, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana. Kedua, aspek proses meliputi standar proses, standar pengelolaan, dan standar penilaian pendidikan. Ketiga, aspek output, meliputi standar kompetensi lulusan, dari segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dudin, 2007). Evaluasi dilakukan bukan hanya menggugurkan kewajiban semata yang dilakukan oleh guru kepada siswanya, tetapi ada nilai lebih dari itu, yakni berkaitan dengan pertanggungjawaban guru terhadap orang tua. Evaluasi seharusnya dapat mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang dilakukan oleh anak di PAUD selama ini, baik dilihat dari aspek bahasa, nilai moral, kognitif, motoric, sosem dan juga seni. 16 Evaluasi yang dilakukan mesti memberikan kontribusi dalam melakukan perubahan pembelajaran khususnya dalam stimulasi anak usia dini. 

 Referensi 

Aryan, I. B. P. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovativ pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMA. IKIP Negri Singaraja. 

Aryana, I. B. P. (2009). Model pembelajaran Inovatif berwawasan lingkungan. Pelatihan Guru SMP Se-Bali. 

Dudin, A. (2007). Evaluasi Pendidikan Agama Islam Pada SMP. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 7(1). 

Musfiqon, M., & Nurdyansyah. N. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Learning Center. 

N, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran. Learning Center. Nurdyansyah, & Widodo, A. (2015). Menejemen Sekolah Berbasis ICT. Nizamia Learning Center. 

Sudijono, A. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajagrafindo Persada. 

Zahro, I. F. (2015). Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan, 1(1). 

Hutami, M. S., & Dkk. (2020). Metode Pembelajaran Melalui Whatsapp Group Sebagai Antisipasi Penyebaran Covid-19 pada AUD di TK ABA Kleco Kotagede. PAUDIA, 9(1). 

 Maryani, K. (2020). Penilaian dan Pelaporan Perkembangan Anak saat Pembelajaran di rumah di masa pandemic covid 19. Murham: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1). 

 Pujiati, & Dkk. (2018). Membangun Keterlibatan Orang Tua dalam pembelajarann Bahasa Inggris, melalui Aplikasi Google Classroom di Kecamatan Cibinong. Prosiding Seminar Nasional Desain Dan Arsitektur (SENADA), 1(10). 

Sinuhaji, J. (2020). Mengenal Google Classroom hingga Cara Menggunakannya, Aplikasi yang Digunakan untuk Belajar Online. 13 Juli 2020. 

 Suminah, E. (2018). Penilaian Pembelajaran PAUD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Wahyuni. (2018). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAUD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar