Laman

Selasa, 26 April 2016

Bagaimana mengenalkan sampah sejak dini?


Sampah merupakan sisa-sisa aktifitas manusia atau buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun rumah tangga. Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Saat ini banyak sekali dampak yang dirasakan masyarakat dan lingkungan sekitar akibat sampah. Misalnya banjir akibat membuang sampah sembarangan yang berakibat pada munculnya berbagai macam penyakit kulit di masyarakat. Tentu hal ini menjadi agenda besar kita semua, bukan saja diserahkan langsung kepada pemerintah untuk menanganinya, namun juga harus ada keterlibatan semua pihak dalam hal ini masyarakat dari berbagai lapisan baik organisasi, masyarakat dil lingkungan sekitar, lembaga formal dan informal serta masyarakat terkecil seperti lingkungan keluarga.



Begitu pentingnya memahami sampah saat ini, sehingga keterlibatan semua pihak sangat diharapkan bahkan memahamkan sampah kepada anak usia dini itu jauh lebih penting. Mengingat 10 sampai 30 tahun kedepan, Negara ini akan diisi oleh generasi emas saat ini. Masa keemasan anak merupakan masa daya ingat anak dan daya kreasi anak yang sangat tinggi, sehingga apa yang mereka lihat, raba, cium dan segala yang secara langsung bersentuhan dengannya akan memberikan pengalaman dan akan disimpan dalam memori terdalamnya.

Untuk itu beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orangtua atau guru dalam mengenalkan sampah kepada anak sejak dini, diantaranya adalah dengan memberikan pembiasaan sehari-hari dalam hal membuang sampah sekecil apapun. Dalam lingkungan sekolah biasanya guru akan semakin ketat dengan berbagai aturan karena sudah tercantum dalam rancangan kurikulum yang telah disusun. Namun ternyata dalam lingkungan keluarga justru sebaliknya, anggota keluarga sangat longgar dan acuh dalam memberikan arahan dan istruksi mengenai pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini tentunya akan merubah kebiasaan anak dalam berprilaku dan berfikir kritis.

Sebaiknya sekolah juga memberikan instruksi pada orangtua apa saja yang telah disepakati disekolah juga diterapkan dalam lingkungan keluarga, sehingga aturan tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh anak. Misalnya dalam membuang sampah, tidak hanya berlaku untuk anak saja, namun juga bagi semua anggota keluarga dimana si anak tersebut tinggal. Untuk memahamkan keberadaan sampah terhadap anak, maka dapat dilakukan dengan cara membawa anak ke tempat pembuangan akhir sampah, sambil menjelaskan jenis-jenis dan asal muasal sampah tersebut yakni berasal dari pemukiman penduduk atau dari rumah tangga. Juga sampah yang berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, pedagang keliling serta dari pabrik-pabrik.

Kemudian brainstorming dengan anak yang bertujuan untuk menggali pengetahuan anak serta dampak apa yang timbul jika anak melakukan buang sampah sembarangan. Hal ini penting digali, sehingga anak menemukan konsep baru bahwa jika membuang sampah sembarangan maka akan berakibat banjir dan merusak lingkungan sekitar. Ajak anak menonton sebuah tayangan yang dapat memberikan gambaran betapa bahayanya jika mebuang sampah sembarangan.

Selain dampak yang dapat ditimbulkan, anak juga dapat diajak untuk mencari sampah yang tidak berbahaya kemudian dikreasikan menjadi sebuah mainan. Hal ini akan memberikan imajinasi dalam pikirannnya sehingga anak akan timbul berbagai kreatifitasnya. Misalnya guru menjelaskan jenis-jenis sampah. Ada yang organik dan an organik. Tunjukan ke anak-anak sampah organik dan an organiknya secara real/nyata serta fungsi keduanya jika dikelola dengan baik. Ajak anak-anak untuk berkerasi sehingga anak tidak hanya disuguhkan storynya saja namun juga sekaligus terlibat dalam pekerjaannya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar